Sunday 23 February 2014


Saat ini banyak dari para siswa mengidolakan pada pemain sepak bola, penyanyi, grup band, dan bintang film. Terkadang dari mereka rela untuk membeli sesuatu yang berkaitan dengan idoalanya, bahkan kamar-kamar mereka identik dengan karakter idola yang dicintainya. Gempuran media saat ini sungguh luar biasa.Internet, televisi, media cetak banyak menampilkan tokoh-tokoh idola, sehingga akses untuk mengetahuinya lebih mudah. Ya, itulah karakter dari anak remaja yang lebih cenderung untuk mencari idola dan bertindak layaknya sang idola dan mereka cenderung suka untuk mendengarkan sebuah cerita. Akan tetapi, kegiatan membaca adalah kegiatan yang langka dilakukan oleh para pelajar dijaman sekarang. Mereka lebih suka menonton, chatting, dan games. Saat berada dirumah,  mereka  sulit sekali untuk mendengarkan dongengan atau cerita-cerita dari orang tuanya, karena kesibukan para orang tua saat ini semakin bertambah dan mereka sangat bergantung kepada sekolah.
” Secara psikologis, anak usia remaja adalah usia yang senang terhadap idola atau mencari  karakter”
Motivasi adalah sebuah kata yang sering kita ucapkan agar siswa-siswi kita berhasil. Darimana motivasi mereka dapatkan? Apakah hanya dengan kalimat ” Kalian harus punya motivasi tinggi agar berhasil”.Bagaimana motivasi itu datang dan menginspirasi mereka supaya bangkit. Salah satu alternative jawaban yang tepat adalah dengan memberi mereka cerita-cerita, Konsep ini sudah saya terapkan kepada para siswa kelas 7. Kebetulan saya adalah wali kelas 7. Pada hari jum’at seperti biasa, pada jam 10.30 adalah waktu untuk pembinaan wali kelas. Materi yang saya sampaikan adalah materi pembinaan, selain itu adalah cerita-cerita.
” Budayakan membacakan cerita -cerita sebagai bentuk pembentukan karakter untuk membaca “
Kenapa saya harus bercerita? Akhir-akhir ini kita sering melihat berita tentang korupsi, suap menyuap dan tindakan tidak jujur lainnya. Diranah pendidikan, tidak bisa dipungkiri bahwa kata ‘ Jujur’ adalah kata yang sering digemborkan oleh banyak kalangan, tetapi dipraktekan oleh sedikit orang. Dalam gamitan pendidikan kita agaknya sangat mengkhawtirkan dengan letak kejujuran dalam pendidikan kita.  Budaya ketidakjujuran masih ada dan hinggap didunia pendidikan kita  Indikatornya, seperti mencontek saat ujian, plagiat (copas ) dalam pengerjaan tugas. Mencontek adalah bentuk ketidakjujuran yang dapat mengakibatkan kerugian pada dua pihak, yaitu penyontek dan diconteki. Kerugian bagi yang diconteki adalah menurunnya tingkat motivasi, karena ada muncul perasaan “percuma belajar semalaman, tetapi hasilnya sama dengan yang tidak belajar”. Selanjutnya kerugian bagi pencontek adalah tertanamnya budaya memudahkan semua urusan. Akibat yang terburuk adalah bagi pencontek, karena budaya tersebut akan melahirkan orang –orang yang suka meyogok untuk kelancaran urusan, mengambil yang bukan hak ( korupsi ), dan bentuk ketidakjujuran lainnya.
” Mencontek, plagiarisme adalah landasan manusia untuk bertindak korupsi “
Memberikan materi yang bersifat kokurikuler, seperti latihan-latihan kreatifitas, dan kewirausahaan, seperti bercocok tanam, berternak, membuat benda- benda kreatifitas lainnya. Sedangkan pada kegiatan Ekstrakurikuler harus ada penanaman kecakapan khsusus (specific skill) , seperti dalam pramuka ada satuan karya yang bisa disesuaikan dengan keadaan geografis, seperti di daerah saya Indramayu-Jawa Barat adalah pembentukan SKK ( Syarat Kecakapan Khusus ) Bahari. Sedangkan pada bidang keagaamaan pendidikan dan pelatihan dalam sholat, khotib, muadzin dan qori, peneladanan terhadap tokoh.Dengan demikian upaya saya untuk mengembangkan integritas moral yang tinggi pada siswa, diantaranya dengan melakukan cerita tentang manusia-manusia tauladan agar dapat mencontoh apa yang tauladan lakukan.
” Giatkan kokurikuler agar kurikuler mantap “
Hampir semua cerita mereka suka. Cara menyampaikan materi cerita tidak sulit, saya hanya menyiapkan boardmarker, papan tulis, gambar pinman, time line ( perjalana waktu ). Tata cara dalam menyampaikan cerita yang biasa saya lakukan adalah :
  1. Membuat rancangan penyampaian cerita.
  2. Mengetik cerita, karena bertujuan agar siswa yang absent bisa ikut dan bisa ditempel di mading.
  3. Menggambar karakter yang dibutuhkan, tujuan gambar adalah agar jalan cerita mudah dicerna, karena siswa kelas 7 dari segi perkembangan lebih suka dengan goresan tulisan dan gambar.
  4. Penyampaian cerita dengan menunjukan gambar di papan tulis sebagai asosiasi.
  5. Pertanyaan-pertanyaan terkait dengan cerita.
  6. Nilai moral yang harus diikuti dan dijauhi.

0 comments:

Post a Comment